MODEL – MODEL PEMBELAJARAN
Model adalah pola umum perilaku
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Menurut Joyce
& Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola
yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di
kelas atau yang lainnya. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan,
artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien
untuk mencapai tujuan pendidikannya. Model – model pembelajarannya adalah
sebagai berikut :
1) Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning)
Elaine B. Johnson, mengatakan
pembelajaran kontekstual adalah sebuah system yang merangsang otak untuk
menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Elaine mengatakan bahwa pembelajaran
kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang
menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari
kehidupan sehari-hari siswa. Jadi, pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk
membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi
manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan
mengkaitkannya dengan dunia nyata. Ini disebut dengan pendekatan CTL yaitu
keterkaitan setiap materi atau topic pembelajaran dengan kehidupan nyata.
Kemampuan melaksanakan proses pembelajaran melalui CTL yang baik didasarkan
pada penguasaan konsep apa, mengapa, dan bagaimana CTL itu. Melalui pemahaman
konsep yang benar dan mendalam terhadap CTL itu sendiri, akan membekali kemampuan para guru menerapkannya
secara lebih luas, tegas, dan penuh keyakinan, karena memang telah didasari
oleh kemampuan konsep teori yang kuat.
A. Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan
konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat, (Nurhadi, 2002).
Untuk memperkuat dimilikinya
pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa, tentu saja diperlukan
pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri (learning
to do), dan bahkan sekedar pendengar yang pasif sebagaimana penerima
terhadap semua informasi yang disampaikan guru.
CTL memungkinkan siswa menghubungkan
isi mata pelajaran akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan
makna. CTL memperluas konteks pribadi siswa lebih lanjut melalui pemberian
pengalaman segar yang akan merangsangn otak guna menjalin hubungan baru untuk
menemukan makna yang baru (Johnson, 2002).
Sistem CTL adalah proses pendidikan
yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam materi akademik yang mereka
pelajari dengan jalan menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi
kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks kehidupan pribadi, social dan
budaya.
Ciri khas CTL (contextual teaching and learning) ditandai oleh tujuh komponen
utama, yaitu 1) Constructivism; 2) Inquiry; 3) Questioning; 4) Learning
Community; 5) Modelling; 6) Reflection; dan 7) Authentic Assesment.
Sebelum melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan CTL, tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat
desain/scenario pembelajarannya, sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagai
alat control dalam pelaksanaannya. Pada intinya pengembangan setiap komponen
CTL tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
1)
Mengembangkan
pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna, apakah dengan
cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan megonstruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilan baru yang akan dimilikinya.
2)
Melaksanakan
sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topic yang diajarkan.
3)
Mengembangkan
sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
4)
Menciptakan
masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab,
dan lain sebagainya.
5)
Menghadirkan
model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media
yang sebenarnya.
6)
Membiasakan
anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan.
7)
Melakukan
penilaiansecara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap
siswa.
B. Komponen Pembelajaran Kontekstual
Komponen pembelajaran kontekstual
meliputi :
1)
Menjalin hubungan-hubungan yang bermakna (making meaningful connections).
2)
Mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berarti (doing significant work).
3)
Melakukan proses belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning).
4)
Mengadakan kolaborasi (collaborating).
5)
Berpikir kritis dan kreatif (critical
and creative thinking).
6)
Memberikan layanan secara individual (nurturing
the individual).
7)
Mengupayakan
pencapaian standar yang tinggi (reaching
high standards) dan,
8)
Menggunakan asesmen autentik (using
authentic assessment).
C. Prinsip Pembelajaran Kontekstual
CTL, sebagai suatu model, dalam
implementasinya tentu saja memerlukan perencanaan pembelajaran yang mencerminkan
konsep dan prinsip CTL. Setiap model pembelajaran, di samping
memiliki unsure kesamaan, juga ada beberapa perbedaan tertentu. Hal ini karena
setiap model memiliki karakteristik khas tertentu, yang tentu saja berimplikasi
pada adanya perbedaan tertentu pula dalam membuat desain (scenario) yang disesuaikan dengan model yang akan diterapakan.
Ada tujuh
prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan oleh guru, yaitu :
1)
Konstruktivisme (Constructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan
berpikir (filosofi) dalam CTL, yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas.Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta,
konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus membangun
pengetahuan yang memberi makna melalui pengalaman yang nyata. Batasan
konstruktivisme di atas memberikan penekanan bahwa konsep bukanlah tidak
penting sebagai bagian integral dari pengalaman belajar yang harus dimiliki
oleh siswa, akan tetapi bagaimana dari setiap konsep atau pengetahuan yang
dimiliki siswa itu dapat memberikan pedoman nyata terhadap siswa untuk
diaktualisasikan dalam kondisi nyata.
2)
Menemukan (Inquiry)
Kegiatan inti dari CTL, melalui
upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan
serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan
sendiri.Kegiatan pembelajaran yang mengarah pada upaya menemukan, telah lama
diperkenalkan pula dalam pembelajaran inquiry and discovery (mencari dan
menemukan). Unsur menemukan dari kedua pembelajaran (CTL dan inquiry and
discovery) secara prinsip tidak banyak perbedaan, intinya sama, yaitu model
atau system pembelajaran yang membantu siswa baik secara individu maupun
kelompok belajar untuk menemukan sendiri sesuai dengan pengalaman
masing-masing.
3)
Bertanya (Questioning)
Pengetahuan
yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Oleh karena itu, bertanya
merupakan strategi utama dalam CTL. Penerapan unsure bertanya dalam CTL harus
difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru
dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas
dan produktivitas pembelajaran. Melalui penerapan bertanya, pembelajaran akan
lebih hidup, akan mendorong proses dan hasil pembelajaran yang lebih luas dan
mendalam, dan akan banyak ditemukan unsure-unsur terkait yang sebelumnya tidak
terpikirkan baik oleh guru maupun ole siswa. Oleh karena itu, cukup beralasan
jika dengan pengembangan bertanya produktivitas pembelajaran akan lebih tinggi
karena dengan bertanya, maka : 1) Dapat menggali informasi, baik administrasi
maupun akademik; 2) Mengecek pemahaman siswa;
3) Membangkitkan respons siswa; 4) Mengetahui sejauhmana keingintahuan
siswa; 5) Mengetahui hal-hal yang diketahui siswa; 6) Memfokuskan perhatian
siswa; 7) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa dan; 8)
Menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
4)
Masyarakat
Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar adalah membiasakan siswa
untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman
belajarnya. Manusia diciptakan sebagai mahluk individu sekaligus sebagai mahluk
social. Hal ini berimplikasi pada ada saatnya seseorang bekerja sendiri untuk
mencapai tujuan yang diharapkan, namun di sisi lain tidak bias melepaskan diri
ketergantungan dengan pihak lain. Penerapan learning community dalam
pembelajaran dikelas akan banyak bergantung pada model komunikasi pembelajaran
yang dikembangkan oleh guru. Dimana dituntut keterampilan dan profesionalisme
guru untuk mengembangkan komunikasi banyak arah (interaksi), yaitu model
komunikasi yang bukan hanya hubungan antara guru dengan siswa atau sebaliknya,
akan tetapi secara luas dibuka jalur hubungan komunikasi pembelajaran antara
siswa dengan siswa lainnya.
Kebiasaan penerapan dan mengembangkan
masyarakat belajar dalam CTL sangat dimungkinkan dan dibuka dengan luas
memanfaatkan masyarakat belajar lain di luar kelas. Setiap siswa semestinya
dibimbing dan diarahkan untuk mengembangkan rasa ingin tahunya melalui
pemanfaatan sumber belajar secara luas yang tidak hanya disekat oleh masyarakat
belajar di dalam kelas, akan tetapi
sumber manusia lain di luar kelas (keluarga dan masyarakat). Ketika kita dan
siswa dibiasakan untuk memberikan pengalaman yang luas kepada orang lain, maka
saat itu pula kita atau siswa akan mendapatkan pengalaman yang lebih banyak
dari komunitas lain.
5)
Pemodelan (Modelling)
Tahap pembuatan model merupakan alternative
untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara
menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.
6)
Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa
yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah
berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa
mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru
yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada saat
refleksi, siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan,
menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be).
Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari
suatu proses yang bermakna pula, yaitu melalui penerimaan, pengolahan, dan
pengendapan, untuk kemudian dapat dijadikan sandaran dalam menanggapi terhadap
gejala yang muncul kemudian. Melalui model CTL, pengalaman belajar bukan hanya
terjadi dan dimiliki ketika seseorang siswa berada didalam kelas, akan tetapi
jauh lebih penting dari itu adalah bagaimana membawa pengalaman belajar
tersebut keluar dari kelas, yaitu pada saat ia dituntut untuk menanggapi dan
memecahkan permasalahan nyata yang dihadapi sehari-hari. Kemampuan untuk mengaplikasikan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada dunia nyatayang dihadapinya akan
mudah diaktualisasikan manakala pengalaman belajar itu telah terinternalisasi
dalam setiap jiwa siswa dan disinilah pentingnya menerapkan unsure refleksi
pada setiap kesempatan pembelajaran.
7)
Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Tahap terakhir dari pembelajaran
kontekstual adalah melakukan penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari
pembelajaran memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi
kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan CTL. Penilaian adalah
proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran
atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan terkumpulny berbagai
data dan informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari penerapan penilaian,
maka akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil
pengalaman belajar setiap siswa.
Program pembelajaran CTL lebih menekankan
pada scenario pembelajarannya, yaitu kegiatan tahap demi demi tahap yang
dilakukan oleh guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Oleh karena itu, program pembelajaran kontekstual hendaknya :
1.
Nyatakan kegiatan utama pembelajarannya, yaitu sebuah
pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar,
materi pokok, dan indicator pencapaian hasil belajar.
2.
Rumuskan dengan jelas tujuan umum pembelajarannya.
3.
Uraikan secara terperinci media dan sumber pembelajaran yang
akan digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan.
4.
Rumuskan scenario tahap demi tahap kegiatan yang harus
dilakukan siswa dalam melakukan proses pembelajarannya.
5.
Rumuskan dan lakukan system penilaian dengan memfokuskan
pada saat berlangsungnya (proses) maupun setelah siswa tersebut selesai
belajar.
D. Skenario Pembelajaran Kontekstual
Pada intinya pengembangan setiap komponen
CTL tesebut dalam pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut :
1.
Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan
belajar lebih bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri,
dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus
dimilikinya.
2.
Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua
topic yang diajarkan.
3.
Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan
pertanyaan-pertanyaan.
4.
Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan
kelompok berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya.
5.
Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui
ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya.
6.
Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
7.
Melakukan penilaian secara objektif yaitu menilai kemampuan
yang sebenarnya pada setiap siswa.
2)
Model Pembelajaran
Berbasis Komputer
Teknologi informasi
dan komunikasi telah berkembang seiring dengan globalisasi sehingga interaksi
dan penyampaian informasi akan berlangsung dengan cepat. Pengaruh globalisasi
ini dapat berdampak positif dan negative pada suatu Negara. Orang-orang dari
berbagai Negara dapat saling bertukar informasi, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Namun di lain pihak, hal ini menimbulkan digital divide atau
perbedaan mencolok antara yang mampu dan yang tidak mampu dalam akses
penggunaan ICT.
Dalam sector
pendidikan ada suatu program Telematika Pendidikan atau pemanfaatan ICT dalam
pendidikan yang juga dikenal e-education. Ada suatu kelompok kerja yang
bertanggung jawab untuk mengembangkan program e-education, dibawah naungan
Menteri Pendidikan Nasional. Dalam pelaksanaan nya, kelompok kerja tersebut
telah menyusun rencana kerja selama lima tahun untuk pengembangan dan
pelaksanaan e-education. Tujuannya adalah :
1.
Mengembangkan ICT network untuk umum dan universitas seperti
riset dan pendidikan network di Indonesia.
2.
Mengembangkan dan
menerapkan kurikulum berbasis ICT.
3.
Mempersiapakan suatu rancangan pengembangan sumber daya
manusia dalam mengaplikasikan ICT.
4.
Menggunakan ICT sebagai suatu bagian dari kurikulum
pembelajaran di Sekolah, Universitas, dan Pusat-pusat Pelatihan.
5.
Mengadakan program yang berhubungan dengan pendidikan dengan
mengikutsertakan sekolah-sekolah dalam pembelajaran seluas-luasnya.
6.
Memfasilitasi penggunaan internet dengan efisien dalam
proses pembelajaran.
A. Perspektif Historis Pembelajaran Berbasis Komputer
Pemanfaatan computer dalam bidang
pendidikan, khususnya dalam pembelajaran sebenarnya merupakan mata rantai dari
sejarah teknologi pembelajaran. Sejarah
pembelajaran berbasis computer dimulai dari munculnya ide-ide untuk menciptakan
perangkat teknologi terapan yang memungkinkan seseorang melakukan proses
belajar secara individual dengan menerapakan prinsip-prinsip didaktik-metodik
tersebut. Dalam sejarah teknologi pembelajaran kita menemukan bahwa karya
Sydney L. Pressey (1960) untuk menciptakan mesin mengajar atau teaching machine
bisa dicatat sebagai pelopor dalam pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran.
B.
Model-Model Pembelajaran Berbasis Komputer
1.
Model Drills
Model Drills adalah suatu model dalam
pembelajaran dengan jalan melatih siswa terhadap bahan pelajaran yang sudah
diberikan. Melalui Model Drills akan ditanamkan kebiasaan tertentu dalam bentuk
latihan. Dengan latihan yang terus-menerus, maka akan tertanam dan kemudian
akan menjadi kebiasaan. Selain itu, untuk menanamkan kebiasaan, model ini juga
dapat menambah kecepatan, ketetapan, kesempurnaan dalam melakukan sesuatu serta
dapat pula dipakai sebagai suatu cara mengulangi bahan latihan yang telah
disajikan, juga dapat menambah kecepatan.
2.
Model Tutorial
Program tutorial pada dasarnya sama dengan
program bimbingan, yang bertujuan pembelajaran yang sudah diberikan. Melalui
model Drills akan ditanamkan kebiasaan tertentu dalam bentuk latihan. Dengan
latihan terus menerus, maka akan tertanam dan kemudian akan menjadi kebiasaan.
Selain itu, untuk menanamkan kebiasaan, model ini juga dapat menambah
kecepatan, ketetapan, kesempurnaan dalam melakukan sesuatu serta dapat pula
dipakai sebagai suatu cara mengulangi bahan latihan yang telah disajikan, juga
dapat menambah kecepatan. memberikan bantuan kepada siswa agar dapat mencapai
hasil belajar secara optimal.Kegiatan tutorial ini memang sangat dibutuhkan
sebab siswa yang dibimbing melaksanakan kegiatan belajar mandiriyang bersumber
dari modul-modul dalam bidang studi tertentu. Itu sebabnya kegiatan ini sering
dikaitkan dengan program pembelajaran modular. Sistem pembelajaran ini
direalisasikan dalam berbagai bentuk, yakni pusat belajar modular, program
pembinaan jarak jauh, dan system belajar jarak jauh.
Kegiatan pembelajaran berbasis computer
(CBI) merupakan istilah umum untuk segala kegiatan belajar yang menggunakan
computer, baik sebagian maupun secara keseluruhan. Dewasa ini CBI telah
berkembang menjadi berbagai model, mulai dari CAI kemudian mengalami perbaikan
menjadi ICAI (Intelligent Computer
Assisted Instruction) dengan dasar orientasi aktivitas yang berbeda muncul
pula CAL (Computer Aided Learning),
CBL (Computer Based Learning), CAPA (Computer Assisted Personalized Assigment),
ITS (Intelligent Tutoring System).
3.
Model Simulasi
Model Simulasi pada dasarnya merupakan
salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar
yang lebih konkret melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang
mendekati suasana sebenarnya dan berlangsung dalam suasana yang tanpa resiko.
Model Simulasi adalah model CBI yang
menampilkan materi pelajaran yang dikemas dalam bentuk simulasi-simulasi
pembelajaran dalam bentuk animasi yang menjelaskan konten secara menarik,
hidup, dan memadukan unsure teks, gambar, audio, gerak, dan paduan warna yang serasi
dan harmonis. Secara umum, tahapan materi model tutorial adalah sebagai berikut
: Pengenalan, Penyajian informasi, (simulasi 1, simulasi 2, dan seterusnya),
pertanyaan dan respon jawaban, penilaian respons, pemberian feedback tentang
respons, pembetulan segmen pengaturan pengajaran dan penutup.
4.
Model Instructional Games
Instructional games merupakan salah satu
bentuk metode dalam pembelajaran berbasis computer. Tujuan instructional games adalah untuk menyediakan pengalaman belajar
yang memberikan fasilitas belajar untuk menambah kemampuan siswa melalui bentuk
permainan yang mendidik. Instructional
games tidak perlu menirukan realita, namun
dapat memiliki karakter yang menyediakan tantangan yang menyenangkan
bagi siswa.
Instructional games dapat terlihat dengan
mengenali pola pembelajaran melalui permainan yang dirancang sedemikian rupa,
sehingga pembelajaran lebih menantang dan menyenangkan. Keseluruhan permainan
memiliki komponen dasar sebagai pembangkit motivasi dengan memunculkan cara
berkompetisiuntuk mencapai sesuatu yang diharapkan, yaitu tujuan pembelajaran.
3) Model Pembelajaran Berbasis Web (e-learning)
Pembelajaran berbasis web yang popular
dengan sebutan Web-Based Education
(WBE) atau kadang disebut e-learning (electronic
learning) dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia
pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa semua pembelajran dilakukan dengan memanfaatkan teknologi internet dan
selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya, maka kegiatan
itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web. Satuhal yang perlu diingat
adalah bagaimana teknologi web ini dapat membantu proses belajar. Untuk
kepentingan ini materi belajar perlu dikemas berbeda dengan penyampaian yang
berbeda pula.
- Implementasi
pembelajaran berbasis web
Model pembelajaran dirancang dengan
mengitegrasikan pembelajaran berbasis web dalam program pembelajaran
konvensional tatap muka. Proses pembelajaran konvensional tatap muka dilakukan
dengan pendekatan Student Centered
Learning (SCL) melalui kerja kelompok. Model ini menuntut partisipasi
peserta didik yang tinggi.
Untuk merancang dan mengimplementasikan
pembelajaran berbasis web, langkahnya adalah sebagai berikut.
1.
Sebuah program pendidikan untuk peningkatan mutu
pembelajaran dilingkungan kampus dengan berbasis web. Program ini dilakukan
idealnya selama 5-10 bulan dan dibagi menjadi 5 tahap. Tahap 1, 3, dan 5
dilakukan secara jarak jauh dan untuk itu dipilih media web sebagai alat
komunikasi. Sedangkan tahap 2 dan 4 dilakukan secara konvensional dengan tatap
muka.
2.
Menetapkan sebuah mata kuliah pilihan di jurusan.
Pembelajaran dengan tatap muka dilakukan secara rutin tiap minggu pada tujuh
minggu pertama. Setelah itu, tatap muka dilakukan setiap 2 atau 3 minggu
sekali.
Dua program pendidikan itu disampaikan
melalui berbagai macam kegiatan belajar secara kelompok. Belajar dan
mengerjakan tugas secara kolaboratif dalam kelompok sangat dominan pada kedua
program tersebut.
B. Interaksi Tatap Muka Virtual
Sekalipun teknologi web memugkinkan pembelajaran
dilakukan virtual secara penuh, namun kesempatan itu tidak dipilih. Interaksi
satu sama lain untuk dapat berkomunikasi langsung secara tatap muka masih
dibutuhkan. Ada tiga alasan mengapa forum tatap muka masih dibutuhkan dalam
kegiatan pembelajaran ini. Alasan tersebut adalah :
1.
Perlunya forum untuk menjelaskan maksud dan mekanisme
belajar yang akan dilalui bersama secara langsung dengan semua peserta didik.
2.
Perlunya memberikan pemahaman sekaligus pengalaman belajar dengan mengerjakan tugas
secara kelompok dan kolaboratif pada setiap peserta didik.
3.
Perlunya pemberian pelatihan secukupnya dalam menggunakan
computer yang akan digunakan sebagai media komunikasi berbasis web kepada
setiap peserta didik.
Dalam kegiatan pembeljaran dengan munculnya
berbagai software yang dapat digunakan untuk kepentingan pembelajaran, sekarang
ini para guru dapat merancang pembelajaran berbasis computer, dengan
menggunakan salah satu bahasa pemprograman seperti Delphi, pascal,
macromediaflash, swiss MX dan lainnya.
Hal ini dapat memberikan variasi dalam mengajar. Seorang guru tidak
harus selalu mejejali siswa dengan informasi
yang membosankan. Dengan menggunakan teknologi informasi seorang guru dapat memanfaatkan
computer sebagai total teaching, dimana guru hanya sebagai fasilitator dan
siswa dapat belajar dengan berbasis computer baik dengan menggunakan model
pembelajaran drills, tutorial, simulasi ataupun instructional games.
C. Pemanfaatan Internet Sebagai Media Pembelajaran
Internet adalah jaringan informasi global,
yaitu “the largest global network of computers, that enables people throughout
the world to connect with each other”. Internet diluncurkan pertama kali oleh
J.C.R Licklider dari MIT (Massachusetts
Institute Tehnology) pada agustus 1962. Pemanfaatan internet sebagai media
pembelajaran mengondisikan siswa untuk belajar secara mandiri. Pemanfaatan
internet sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut
:
1.
Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan kesemua
penjuru tanah air dan kapasitas daya tampung yang tidak terbatas karena tidak
memerlukan ruang kelas.
2.
Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya
tatap muka biasa.
3.
Pembelajaran dapat memilih topic atau bahan ajar yang sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing.
4.
Lama waktu belajar juga tergantung pada kemampuan
masing-masing siswa.
5.
Adanya keakuratan dan kekinian materi pembelajaran
6.
Pembelajaran dapat dilakukan secara interaktif, sehinggga
menarik siswa dan memungkinkan pihak berkepentingan (orang tua siswa maupun
guru) dapat turut serta menyukseskan proses pembelajaran, dengan cara mengecek
tugas-tugas yang dikerjakan siswa secara online.
Perkembangan / kemajuan teknologi internet
yang sangat pesat dan merambah keseluruh penjuru dunia telah dimanfaatkan oleh berbagai Negara, institusi,
dan ahli untuk berbagai kepentingan termasuk didalamnya untuk pendidikan /
pembeljaran. Berbagai percobaan untuk mengembangkan perangkat lunak (program
aplikasi) yang dapat menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan / pembelajaran
terus dilakukan.
D. Penggunaan Internet dalam Pembelajaran
Internet merupakan sebuah jaringan global
yang merupakan kumpulan dari jaringan-jaringan computer diseluruh dunia.
Berikut ini hal-hal yang dapat difasilitasi oleh adanya internet yaitu :
1.
Discovery (penemuan),
meliputi browsing dan pencarian informasi-informasi tertentu.
2.
Communication (komunikasi),
internet menyediakan jaringan komunikasi yang cepat dan murah mulai dari
pesan-pesan yang berupa buletin sampai dengan pertukaran komunikasi yang bersifat
kompleks antar atau inter organisasi.
Internet juga dapat digunakan dalam bidang
pendidikan dan dunia hiburan. Selain itu, untuk mempermudah perusahaan dalam
melakukan berbagai transaksi bisnisnya, internet juga menyediakan fasilitas electronic commerce (EC) yang membantu
berbagai kegiatan bisnis yang beragam, mulai dari periklanan sampai dengan
berbagai jasa pelayanan yang ditawarkan kepada para konsumen. Beberapa
peralatan yang dikembangkan dalam internet juga dikemangkan dalam network yang
berada dalam suatu organisasi tertentu, yang dikenal dengan nama fasilitas
internet. Karena jumlah informasi yang terdapat pada internet bertambah dua
kali lipat dalam setiap tahunnya, maka untuk mempermudah pencarian data yang
dibutuhkan, beberapa perusahaan mengembangkan fasilitas pencari data yang
bersifat otomatis yang dikenal dengan nama software agents.
E. Internet Sebagai Sumber Belajar
Peranan internet dalam pendidikan sangat
menguntungkan karena kemampuannya dalam mengolah data yang dengan jumlah yang
sangat besar. Teknologi informasi sudah menjadi jaringan computer terbesar di
dunia, yang dapat berfungsi dengan baikjika didukung oleh perangkat computer
dengan perangkat lunak yang baik dengan guru yang terlatih baik. Menggunakan
internet dengan segala fasilitasnya akan memberikan kemudahan untuk mengakses
berbagai informasi untuk pendidikan secara langsung dapat meningkatkan
pengetahuan siswa bagi keberhasilannya dalam belajar. Karena internet merupakan
sumber informasi utama dan pengetahuan, melalui teknologi ini kita dapat
melakukan beberapa hal, diantaranya untuk :
1.
Penelusuran dan pencarian bahan pustaka
2.
Membangun program
artificial intelligence (kecerdasan buatan) untuk memodelkan sebuah rencana
pembelajaran.
3.
Memberi kemudahan untuk mengakses apa yang disebut
dengan virtual classroom ataupun virtual university.
4.
Pemasaran dan promosi hasil karya penelitian.
Kegunaan-kegunaan diatas dapat diperluas
bergantung pada peralatan computer yang dimiliki , jaringan dan fasilitas
telepon yang tersedia serta provider yang bertanggung jawab agar penggunaan
jaringan komunikasi dan informasi tersebut tetap terpelihara.
Dari waktu kewaktu jika dilihat dari jumlah
pemakaian yang makin meningkat secara eksponensial, setiap tahunnya
memungkinkan fasilitas pada mulanya hanya dapat dinikmati segelintir orang dan
sekelompok kecil sekolah terkemuka dengan biaya operasional yang tinggi,
kedepan besar kemungkinan biaya yang besar itu akan dapat ditekan, sehingga
pemanfaatan benar-benar dapat menjadi penunjang utama bagi pengelolaan
pendidikan khususnya bagi pusat sumber belajar bagi kegiatan pendidikan
didaerah.
F. Internet untuk Manajemen Pembelajaran
Agar pemanfaatan teknologi informasi
tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal, maka dibutuhkan kemampuan
pengelola teknologi komunikasi dan informasi yang baik yang dapat diperoleh
melalui pendidikan dan pelatihan baik untuk meningkatkan pembuat kebijakan
pendidikan di daerah maupun pada tingkat sekolah. Pemahaman dan kemampuan
manejerial kepala sekolah berkaitan dengan pemanfaatan teknologi komunikasi dan
informasi yang merupakan salah satu syarat pokok dalam pemilihan kepla sekolah.
Menurut Henry Mintzberg ada tiga peran pemimpin yang meliputi :
- Peran Interpesonal
- Peran informasional
- Peran pengambilan keputusan
Sistem informasi telah dikembangkan untuk
mendukung ketiga peran itu. Peran pembuat keputusan khususnya dalam bidang
pendidikan. Keberhasilan seorang manajer dalam membuat keputusan bergantung
pada pelaksanaan fungsi manajerial seperti planning,
organizing, directing, dan controlling.